Lembaga survei Kantar Worldpanel Indonesia melansir data
produk konsumsi (fast moving consumer goods) paling laris di Tanah Air
sepanjang 2012. Penelitian ini berlangsung serentak dengan program serupa di 31
negara lain.
Hasilnya,
untuk kategori global, minuman ringan Coca Cola menjadi merek paling laku
sejagat. Sementara untuk kategori serupa di Indonesia, merek Sedaap dari Wings
Food yang menjual mie instan dan kecap jadi nomor satu mengalahkan Coca Cola.
General Manager Kantar Indonesia Lim Soon Lee mengatakan
pihaknya menggelar penelitian ini dengan metode Consumer Reach Point (CRP). Dengan pendekatan tersebut,
Kantar memeriksa berapa banyak konsumen yang membeli produk tertentu dan
seberapa sering merek tersebut dibeli.
"Kita menggunakan data pembelian dari setiap minggu.
Bukan klaim konsumen, bukanbrand ranking, periset kami juga mendatangi kamar
mandi atau dapur konsumen yang jadi data kami untuk membuktikan
pembelian," ujar Lim di kantornya.
Sebagai
merek nomor wahid, Coca Cola meraih 5,3 miliar CRP. Beberapa merek skala global
lain seperti Colgate, Nestle, dan Nescafe juga meraup miliaran CRP.
Namun dari dominasi produk yang menyasar pasar
multinasional, beberapa produk asli Indonesia bisa merebut perhatian konsumen dunia.
Kantar bahkan memberi sebutan beberapa merek dalam negeri ini sebagai "local brand giant"
alias merek lokal meraksasa.
Alasannya, dengan hanya dipasarkan secara domestik,
produk-produk ini bisa meraup 500 juta CRP. Local Brand Giant berbeda dari merek seperti Sedaap dan
Indomie, kampiun dalam daftar Kantar Indonesia, yang sudah dipasarkan di negara
lain.
Merek
produk apa sajakah itu? Simak daftarnya yang dihimpun merdeka.com berikut ini.
1. Roma
Merek biskuit yang
dikembangkan sejak 1977 ini hanya dijual di Indonesia. Dengan fokus pada pasar
domestik, Mayora berhasil menjadi produsen biskuit terbesar se-Asia Tenggara.
Lim Soon Lee dari
Kantar Indonesia menyatakan produk biskuit merupakan salah satu produk konsumsi
favorit masyarakat Indonesia. "Memang hanya Roma yang masuk di 10 besar,
tapi sebenarnya kalau daftarnya menjadi 30 besar, banyak merek biskuit yang
masuk sebagai terlaris," ujarnya.
2. Daia
Wings Corporation merupakan salah satu
perusahaan paling moncer dalam daftar survei Kantar Indonesia. Banyak produknya
yang masuk kategori paling laris di Tanah Air.
Selain Sedaap yang memuncaki daftar 10 besar,
perusahaan ini masih memiliki banyak barang konsumsi lain. Salah satunya adalah
produk deterjen Daia.
Sabun cuci ini terjual dengan CRP 700 juta,
dan penetrasi pasar mencapai 78 persen. Deterjen buatan pabrik Surabaya ini
bisa menyaingi sabun lain buatan perusahaan multinasional.
3. So Klin
Deterjen So Klin sukses meraup 600 juta CRP.
Penetrasi pasarnya mencapai 88 persen, dengan pembelian diproyeksikan 18 kali
per bulan per keluarga.
Sabun cuci ini merupakan salah satu produk
awal buatan Wings Corporation asal Surabaya 60 tahun lalu. Bahkan bisa
dibilang, berkat deterjen So Klin, Wing bisa merambah usaha lain, termasuk
makanan dan minuman.
Kini, So Klin tidak hanya dijual dalam bentuk
deterjen bubuk. Produk ini merambah pula format deterjen cair dan deterjen
khusus mesin cuci.
4. Energen
Minuman sereal ini berhasil dinobatkan Kantar
Indonesia sebagai salah satu raksasa lokal yang mendunia. Merek yang hanya ada
di Indonesia ini diproduksi PT Kakao Mas Gemilang di Jakarta.
Merek ini mulai dipasarkan pada pertengahan
1990-an. Kini, penetrasi pasarnya mencapai 85 persen. Penjualan per keluarga
per bulan dari survei Kantar diperkirakan 15 kali per bulan.
Alhasil dari segi CRP, merek ini berhasil
meraup lebih dari 500 juta poin. Energen yang praktis dan dikonsumsi sebagai
pengganti sarapan menjadi salah satu produk lokal yang bisa menandingi merek
global serupa di bidang minuman sachet.
5. Sasa
Bumbu penyedap rasa Sasa menjadi merek lokal
yang diprediksi Kantar bisa menantang merek lain di kancah global. Ekspansi
produk buatan pabrik di Sidoarjo, Jawa Timur ini bisa menandingi raksasa global
seperti Ajinomoto dari Jepang.
Sasa merupakan produksi PT Sasa Inti yang
dibentuk pada 1968. Pabrik ini awalnya memproduksi monosodium glutamat (MSG)
olahan tebu.
Kini, produk Sasa merambah pelbagai jenis
bumbu, mulai dari MSG, sampai kaldu instan. Kantar mencatat produk ini meraup
lebih dari 500 juta CRP.